Rutinitas yang tiap pagi saya lakukan sebagai seorang
karyawan sungguh menjemukan. Mungkin ini jugalah alasan kenapa sekarang banyak dari kaum muda lebih memilih untuk
menjadi wirausahawan dari pada menjadi pegawai atau karyawan, apalagi jika
status karyawannya outsorcing. Sedangkan jika mereka menjadi wirausahawan
justru mereka tidak merasakan ribetnya melakukan rutinitas monoton tiap pagi di
hari kerja, meski sebenarnya jika ingin sukses tetap harus memulai sesuatu dari
pagi hari, tapi tetep aja tidak akan seribet saya saban pagi.
Nah, karena saya adalah bagian dari karyawan (lebih tepatnya
buruh berpakaian rapi), maka termasuklah saya dalam garis manusia-manusia yang
tiap pagi selalu sibuk melakukan hal monoton dari mulai menyetrika baju,
menyemir sepatu, antri di kamar mandi dan pastinya kebut-kebutan di jalan,
nyalip kiri-kanan biar nggak telat masuk kantor. Dan inilah rutinitas pagi saya.
Menjemukan!
Sebenarnya ceritanya bakal lain jika saya memiliki pembantu
atau istri, tapi karena saya masih bujang, belum memiliki istri, jadi saya
kerjakan semua rutinitas sendiri. Nyokap saya? Nyokap sibuk tiap pagi.
Untungnya saya udah terbiasa ngurus semua keperluan saya sejak tamat SD sewaktu
sekolah di pesantren, tapi bukan lantas saya gampang mekakukan itu semua tiap
pagi? Nggak. Saya malah stress, mulai
dari masalah celana yang kadang belum kering, atau celana yang masih dijemuran
atau udah di kerangjang cucian bersih tapi digulung dan disimpan paling bawah,
dan saya akan pusing bolak balik jemuran, nanya nyokap dan ade-ade saya, siapa
yang ngambil celana saya dari jemuran. Kalo sudah seperti itu, maka dipastikan
80% saya bakal telat.
Jika sudah seperti itu, maka jangan harap hasil strikaan saya
bakal rapi. Masih agak lumayan sih dari pada nggak disetrika sama sekali, tapi
tetep aja lipatan kecil di punggung baju atau lengannya masih ada. Atau kalau
sudah males nyetrika, saya lebih rela ngeluarin duit buat nyogok ade saya buat
strikaain. Yah, ade saya emang agak (sangat) memiliki otak yang jenius
jika mendengar sesuatu yang ujung-ujungnya duit. Signal rupiah yang ada di
belakang telinganya akan cepat menangkap hal-hal yang berpotensi menghasilkan
duit. He he he.
Sementara itu jika baju atau celana saya distrika, saya
ngerjain yang lain, seperti nyemir sepatu atau ngisi perut saya dengan makanan
yang ada di atas meja. Saya memang tipe orang yang nggak bisa ngapa-ngapain
tanpa sarapan pagi. Yang nggak bagusnya adalah sarapan saya harus makanan
berat, nggak mempan kalau cuma makanan ringan apalagi jika hanya segelas teh
manis, kopi atau susu.
Selesai semuanya sebelum berangkat, saya biasa melakukan
beberapa pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Misal, sambil rapiin rambut,
kaki saya juga berusaha memasang sepatu tanpa bantuan tangan, selain itu saya
juga pasti sudah manasin mesin motor biar langsung cabut ntar. Simple, tapi
tetep aja saya telat.
Baru kemarin
rasanya kenangan-kenganan kecil terukir. Kenangan ketika mendengar musik di
radio dan kemudian saya akan berlari mencari sapu untuk dijadikan gitar, bagai seorang gitaris handal.
Baru kemarin rasanya berpakaian putih merah, berjalan kaki menuju sekolah.
Sekarang
usia sudah bukan ABG lagi, meski terkadang sesekali masih bertingkah ABG, tapi
tak mengapalah, bukankah usia boleh tua, tapi jiwa tidak mutlak harus ikut tua?
Semangat harus tetap muda, tapi sikap harus sudah dewasa.
Usia
26 tahun bukan usia ABG lagi. Betul kata orang, usia tua itu mutlak, tapi
kedewasaan itu pilihan. Semoga di usia yang semakin tua ini, sikap, watak
maupun cara berpikir sudah lebih dewasa dari yang dulu.
Seperempat
abad lebih setahun telah terlewati, lantas pencapaian apa yang sudah dilakukan?
Pertanyaan inilah yang terus mengisi kepalaku seharian ini. Ternyata semakin
tua, justru semakin banyak ambisi yang harus dipenuhi. Kawan, mari kuperlihatkan
apa sebenarnya obsesi yang telah tercapai, maupun yang akan dicapai kelak tahun
ini dan tahun berikutnya.
Kemapanan
dalam pekerjaan
Baru ini mungkin target yang bisa benar-benar dikatakan berhasil setahunan ini. Yah, saya bekerja disalah satu instansi perbankan yang memiliki aset terbesar di Indonesia, tapi apa lantas pekerjaan ini membuat saya puas? TIDAK. Bukannya serakah, tapi inilah wajah baru dari dunia pekerjaan di negeri kita. Menjadi karyawan biasa, tentu dipenuhi dengan target maupun pencapaian yang akan terus dinilai oleh cluster. Bekerja dengan target sangatlah berat, kita akan terus merasa dihantui dengan target, booking maupun prezer lain yang sifat dasarnya akan berpengaruh kepada mental.
Baru ini mungkin target yang bisa benar-benar dikatakan berhasil setahunan ini. Yah, saya bekerja disalah satu instansi perbankan yang memiliki aset terbesar di Indonesia, tapi apa lantas pekerjaan ini membuat saya puas? TIDAK. Bukannya serakah, tapi inilah wajah baru dari dunia pekerjaan di negeri kita. Menjadi karyawan biasa, tentu dipenuhi dengan target maupun pencapaian yang akan terus dinilai oleh cluster. Bekerja dengan target sangatlah berat, kita akan terus merasa dihantui dengan target, booking maupun prezer lain yang sifat dasarnya akan berpengaruh kepada mental.
Yang patut disyukuri bahwasanya saya senang
dengan pekerjaan saya.
Insya
ALLAH tahun ini beberapa target yang harus terpenuhi sudah a rancang sedemikian
rupa, selain tentang dunia pekerjaan, juga tentang obsesi pribadi, maupun
segala doa-doa yang belum sempat terealisasi tahun ini. Semoga berkah umur ini,
semoga kedewasaan menyertai dalam sikap dan semoga kemudahan dan limpahan
rezeky, amin.
Eh,
ada satu pertanyaan yang paling bikin gue kikuk kalo ditanya “kapan menikah?”
dan gue akan menjawab dengan sok kalem “insya ALLAH jika tuhan mengizinkan”
simple, kena sasaran dan penuh makna. Settttt he he he.
![]() |
Ade sepupu gue (yang pegang kantongan plastik item 2 itu ponakan gue. kadonya? yah kantongan itu, ada isinya kok.) |
NB: Hari ini gue seneng, bukan karena
gue dapat kue tar *boro-boro* tapi karena sepupu-sepupu kecil gue, juga ponakan
gue Icha
Echi menyanyikan selamat ulang tahun secara bersama-sama di depan rumah
sore tadi. Meski lagunya ngelantur sana sini, tapi tidak menjadi masalah,
minimal seumur-umur baru kali ini ada orang yang menyanyikan lagi “HBD” buat
gue. Dan yang paling membuat gue terharu adalah ponakan gue Icha
Echi udah beliiin kado. Meski sebenarnya bungkusan kadonya lebih mahal
dari pada isinya, tapi saya sudah cukup senang. Kawan, kalian tahu apa isi
kadonya? Echi memberi 3 gantung BETTER dan icha satu bungkus wafer TANGGO.
Bukan hadiahnya yang penting tapi keinginan mereka memberi kado meski hanya
berupa makanan ringan tersebut, buat saya sudah cukup. Kenapa? Karena ternyata
uang yang mereka belikan kado adalah uang mereka sendiri yang disimpannya
khusus untuk membelikan saya kado.
Dan
sebagai balasan, gue harus traktir mereka nge-bakso. Sebenarnya janji makan
bakso sudah dari seminggu kemarin sejak gaji bulan ini masuk kerekening, tapi
karena kesibukan yah baru teralisasi hari ini.
Hari ini saya senang sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)